SURABAYA - Begitu banyak sekolah yang berupaya melestarikan kebudayaan daerah. SD Triguna Bhakti, Jalan Kiai Tambak Deres, Kenjeran, adalah salah satunya. Berbeda dengan sekolah lain, SD tersebut memilih fokus pada kesenian reog Ponogoro. Kesenian khas itu diadopsi menjadi ekstrakurikuler reog mini.Kegiatan itu diikuti 25 siswa. Mereka dipilih dari sekitar 50 siswa yang mendaftar. Memang, tak sembarang siswa bisa masuk. Persyaratannya begitu ketat. Berbagai tes dilakukan kepada siswa yang berminat.
Ketua Yayasan Pendidikan Triguna Bhakti Mochammad Yatemin Giyanto mengatakan, syarat utama ekskul itu adalah kondisi fisik yang kuat serta rajin berlatih secara rutin. ''Tanpa itu semua, mustahil bisa menguasai gerakan tarian reog,'' tutur Yatemin ketika ditemui kemarin (3/2).
Abah Yatemin, sapaannya, menuturkan bahwa latihan tersebut diadakan sekali sepekan. Yakni, tiap Jumat malam. ''Pagi kan mereka sekolah,'' ungkapnya.
Abah Yatemin mengatakan, untuk bisa menguasai tarian tersebut, setidaknya setiap anak harus belajar dua bulan. Selama itu, paling tidak siswa mahir melakukan ganongan, tarian yang menggunakan topeng Bujang Ganong.
''Dasar-dasar tarian kan sudah ada pakem dari Ponorogo,'' ujar Yatemin yang juga ketua Persatuan Unit-Unit Reog Ponorogo Surabaya (Purbaya).
Untuk melatih para siswa, Yatemin dibantu anggota sanggar Setro Bhakti Budoyo yang juga milik Yatemin. Saat ini, suami Sri Umiati itu membayangkan terobosan anyar untuk mengembangkan tarian reog. ''Saya akan gabungkan tarian ganongan dengan cheerleader,'' tuturnya. Katanya, penggabungan itu tak sulit. Sebab, ganongan dan cheerleader punya dasar sama.
Jawa Pos, 4 Feb 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....