• Refleksi Festival Reog Nasional XV

    Festival Reog Nasional XV tahun 2008 sudah berakhir minggu yang lalu, tepatnya tanggal 29 Desember 2008 dengan ditandai malam puncak Grebeg Suro dan malam tahun bari Hijriyah 1430. Perayaan itu terasa sangat meriah, mewah dan penuh pesona. Pagelaran kesenian Reog, wayang kulit, ketoprak, musik Campursari, Band semua di gelar di seluruh penjuru kota Ponorogo. Ponorogo yang biasanya sepi, menjadi lautan manusia dari semua penjuru daerah. Dalam acara malam puncak Grebeg Suro yang di gelar di Panggung Utama, diumumkan laporan seluruh rangkaian acara Grebeg Suro kepada masyarakat, termasuk Grup - grup terbaik peserta Festival Reog.

    Untuk memeriahkan acara dan membuat suguhan yang menarik kepada masyarakat biasanya ditampilkan pula Grup Reog terbaik dalam Festival Reog Nasional tahun ini tidak ada grup yang tampil dan beberapa Grup Exhebisi. Grup Reog yang tampil dan beberapa pemenang dalam Festival Reog Nasional yang diumumkan Panitia, terlihat sangat bagus dan menarik untuk dicermati. Baik dari segi wiraga, wirama, wirasa-nya. Masyarakat umum nampak terkesima dengan penampilan beberapa grup terbaik tersebut, tetapi setelah pertunjukan selesai mereka bertanya - tanya, "wah reog saiki kaya ketoprak yo... ditata rapi, ana lelagone, sing nari ayu - ayu, gantheng.. terus ndi jare Reog sing ASLI..? " (terj. : wah reog sekarang sepert ketoprak ya.. ditata rapi, ada lagu - lagu, yang menari cantik - cantik, tampan.. terus mana Reog yang ASLI..?)

    Pertanyaan sederhana dari salah seorang penonton tersebut, sekilas memang tidak ada muatan yang perlu dikritisi, tetapi selaku pengamat dan penggembira kesenian Reog tentu mempunyai interpretasi yang cukup menarik. Kita mengenal kesenian Reog adalah kesenian yang Gagah dan kadang terkesan Arogan bahkan sedikit Radikal tetapi menyimpan kelembutan penggarapan dan jiwa. Pengamatan segera tertuju pada pola penggarapan dalam sendratari yang dipertujukkan oleh masing - masing peserta, dan tentunya kita juga mengingat reog Obyogan. Dari sederetan yang tampil dalam malam puncak dan notabene adalah peserta terbaik, dapat kita rasakan nuansa tari garap yang sangat profesional dan kesan bahwa kesenian reog sudah hilang beberapa unsurnya.

    Hal ini membuat para seniman tradisi yang setiap hari bergulat dengan kesenian reog yang masih klasik dan utuh merasa gerah. Pertanyaan yang mendasar dan harus dijawab oleh kita semua khususnya pengarah atau Panitia Festival adalah pertujukan dalam Festival ini menampilkna kesenian Reog secara Garap seni kontemporer atau pengembangan kesenian Reog klasik? Tatkala pertanyaan ini muncul akhirnya pertanyaan juga akan berkembang menjadi "akankah muncul Reog Rakyat dan Reog Birokrat?"...
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA