JAKARTA,MINGGU — Meski puncak Cap Go Meh sudah berlalu beberapa hari, ribuan orang di sekitar kawasan Jatinegara, Jakarta, antusias menyaksikan pawai barongsai dan dewa-dewa dalam rangka perayaan Cap Go Meh 2560 dengan penuh kemeriahan, Minggu (15/2). Selain umat, warga sekitar sangat antusias menunggu dan menyaksikan meskipun hujan lebat sempat mengguyur kawasan tersebut.
Arak-arakan ini diiringi 14 kelompok barongsai yang berasal dari Jakarta dan Tangerang. Selain itu, lima dewa dan dua dewi juga ikut dalam tandu oleh para. Uniknya, tandu yang berisi dua dewi hanya diangkut oleh umat putri. Jika terjadi kemacetan, pembawa tandu akan menggoyang-goyang tandu sebagai simbol semangat.
Sementara itu, suasana perayaan memang menjalar kepada warga sekitar yang menyaksikan. Sesekali warga juga berteriak mengikuti hentakan musik pengiring barongsai.
"Seru, lebih ramai dari pawai 17 Agustus," ujar Nina, yang rela basah kuyup demi menyaksikan pawai, Jakarta, Minggu (15/2). Akibat arak-arakan ini, suasana lalu lintas sangat padat. Sebab, dua jalur jalan khusus digunakan untuk iring- iringan ini.
Bahkan, jalan Jatinegara sempat ditutup dan dialihkan untuk pawai ini. Iring-iringan pawai sendiri dimulai dari Vihara Amurva (Hok Tek Ceng Sin) menuju kawasan Jatinegara barat, Jatinegara Timur lalu berputar di bekas kantor wali kota Jakarta Timur dan kembali lagi ke wihara.
Selain itu, seperti tidak mau buang kesempatan, para pedagang makanan dan minuman pun ikut menangguk rezeki. Meskipun hujan, dagangan mereka laku keras dikerubungi pembeli.
Perayaan ini, memang tidak hanya sebagai sebuah ritual, tapi mampu menjadi alat pemersatu bangsa. Terbukti rombongan ondel-ondel Jakarta dan reog Ponorogo ikut ambil bagian yang jika diukur panjang iringan bisa mencapai 100 meter.
Arak-arakan ini diiringi 14 kelompok barongsai yang berasal dari Jakarta dan Tangerang. Selain itu, lima dewa dan dua dewi juga ikut dalam tandu oleh para. Uniknya, tandu yang berisi dua dewi hanya diangkut oleh umat putri. Jika terjadi kemacetan, pembawa tandu akan menggoyang-goyang tandu sebagai simbol semangat.
Sementara itu, suasana perayaan memang menjalar kepada warga sekitar yang menyaksikan. Sesekali warga juga berteriak mengikuti hentakan musik pengiring barongsai.
"Seru, lebih ramai dari pawai 17 Agustus," ujar Nina, yang rela basah kuyup demi menyaksikan pawai, Jakarta, Minggu (15/2). Akibat arak-arakan ini, suasana lalu lintas sangat padat. Sebab, dua jalur jalan khusus digunakan untuk iring- iringan ini.
Bahkan, jalan Jatinegara sempat ditutup dan dialihkan untuk pawai ini. Iring-iringan pawai sendiri dimulai dari Vihara Amurva (Hok Tek Ceng Sin) menuju kawasan Jatinegara barat, Jatinegara Timur lalu berputar di bekas kantor wali kota Jakarta Timur dan kembali lagi ke wihara.
Selain itu, seperti tidak mau buang kesempatan, para pedagang makanan dan minuman pun ikut menangguk rezeki. Meskipun hujan, dagangan mereka laku keras dikerubungi pembeli.
Perayaan ini, memang tidak hanya sebagai sebuah ritual, tapi mampu menjadi alat pemersatu bangsa. Terbukti rombongan ondel-ondel Jakarta dan reog Ponorogo ikut ambil bagian yang jika diukur panjang iringan bisa mencapai 100 meter.
Kompas.com, 15 Feb 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....