• Umat Hindu Surabaya Laksanakan Upacara Ritual Tawur Agung Kesanga


    SURABAYA - Ribuan umat Hindu Surabaya dan sekitarnya kemarin pagi (15/3) melaksanakan upacara ritual Tawur Agung Kesanga tahun Saka 1932 di Tugu Pahlawan. Acara tersebut merupakan upacara kedua dari empat rangkaian upacara Nyepi 1932 hari ini. Sebelumnya, umat Hindu melangsungkan upacara Melasti yang dipusatkan di Pantai Aru Kobangdikal Bumimoro.

    Ketua Parisada Hindu Dharma (PHDI) Surabaya I Wayan Suraba menyatakan, maksud dan tujuan Tawur Agung Kesanga adalah mewujudkan tiga hal. Yakni, terciptanya keserasian, keselarasan, keharmonisan, dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya secara utuh. ''Upacara juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia,'' ujarnya.

    Upacara Tawur Kesanga yang dimulai pukul 08.00 itu dilangsungkan pada tilem kesanga. Keesokannya (hari ini, Red), umat Hindu sudah memasuki tanggal apisan sasih kadasa untuk melaksanakan brata penyepian. Setelah Nyepi, kegiatan keagamaan belum berhenti. Masih ada Ngembak Geni, kemudian umat melaksanakan Dharma Santi.

    Perayaan Tawur Kesanga yang mendekati pilwali membuat upacara tersebut berlangsung sederhana. Wayan tidak mau upacara keagamaan itu dimanfaatkan untuk kampanye. Khususnya ogoh-ogoh. Media yang terbuat dari kertas tersebut bisa dengan mudah dipenuhi atribut parpol. ''Kami menjaga stabilitas umat. Ini adalah acara suci, tidak bisa dicampuradukkan dengan politik,'' pesannya.

    Memang, bila dibanding tahun lalu, upacara kemarin kalah dari sisi jumlah peserta, yakni 1.500 umat, sedangkan pada 2009 mencapai enam ribu umat. Tahun lalu ada 13 ogoh-ogoh, kemarin hanya empat.

    Persembahyangan kemarin dipimpin Pedanda Ida Pandita Gede Anom Jala Karana Manuaba. Seusai sembahyang, empat ogoh-ogoh itu diarak berkeliling Tugu Pahlawan berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Barisan ogoh-ogoh tersebut dikawal para penabuh gamelan dan reog Ponorogo. Setiap ogoh-ogoh diangkat 20 orang. Mereka menggerakkan ogoh-ogoh dengan berbagai variasi gerakan, maju, mundur, naik, dan turun.

    Untuk pelaksanaan hari raya Nyepi, Wayan mewanti-wanti agar umat Hindu tidak melakukan berbagai kegiatan yang mengganggu penyepian. Yakni, amati geni atau membunuh nafsu dalam dirinya, amati lelungan atau tidak melakukan perjalanan, amati karya atau tidak melakukan aktivitas bekerja, dan amati lelanguan atau tidak menikmati hiburan. ''Karena itu, rangkaian upacara yang telah dilakukan ditujukan untuk mempersiapkan umat melakukan brata penyepian,'' jelasnya.

    Meski demikian, dia mengaku kesulitan menghadapi pemuda Hindu saat ini. Globalisasi dan modernisme membuat beberapa pemuda tidak lagi menjalankan ritual itu sepenuh hati. Terlebih, Surabaya sebagai metropolis menawarkan berbagai kesenangan yang tidak bisa ditinggal begitu saja barang sehari. ''Memang sulit untuk anak muda. Tapi, kami tidak bosan mengingatkan. Padahal, kalau melanggar, ya citra mereka akan jelek sendiri,'' tegasnya. (dim/dos)

    jawa Pos, 16 Maret 2010
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA