Dilihat sepintas dari luar, rumah berdinding kayu milik Pujianto sama dengan rumah-rumah lain di gang Karangrejo, Kelurahan Karangpacar, Kecamatan Kota. Tidak terlihat tanda aktivitas mengerjakan kerajinan.
Papan informasi atau plakat penanda dia seorang perajin juga tidak terpasang di depan rumahnya yang menghadap ke barat tersebut. Kesan Pujianto sebagai perajin baru terasa ketika memasuki rumahnya. Berbagai ornamen kerajinan dari kayu, lukisan, dan topeng menggelantung di dinding rumah yang terbuat dari kayu. Sejumlah kuas, cat, dan peralatan minimalis berserakan di ruang beralaskan perlak tersebut.
Papan informasi atau plakat penanda dia seorang perajin juga tidak terpasang di depan rumahnya yang menghadap ke barat tersebut. Kesan Pujianto sebagai perajin baru terasa ketika memasuki rumahnya. Berbagai ornamen kerajinan dari kayu, lukisan, dan topeng menggelantung di dinding rumah yang terbuat dari kayu. Sejumlah kuas, cat, dan peralatan minimalis berserakan di ruang beralaskan perlak tersebut.
Kemarin (6/5), Pujianto duduk tanpa alas di salah satu ruang rumahnya. Di depannya terdapat topeng serta sejumlah kuas dan cat. Tak lama kemudian, jemari kanan lelaki asli Karangpacar ini mencoret dan melukis di topeng tersebut. Juga memberikan perekat berupa lem di topeng yang terbuat dari kayu tersebut.
Topeng itu merupakan pesanan orang untuk mendukung penampilan grup reog Ponorogo. Sejak tujuh tahun terakhir, lelaki jebolan tingkat Sekolah Dasar (SD) ini mejmang kerap mendapat orderan membuat alat kesenian untuk reog Ponorogo. ''Saat ini ordernya kebanyakan dari luar kota," ceritanya.
Dia kini memiliki pelanggan yang suka memesan alat-alat kesenian reog Ponorogo. Mereka berasal dari Lasem, Rembang, dan Pati, Jawa Tengah. ''Kalau orang Bojonegoro, kebanyakan pesan topeng biasa," ujar pria yang biasa dipanggil Penceng itu.
Pujianto awalnya hanyalah seorang perajin biasa. Dia senang memahat dan membuat topeng dari kayu jati yang memang bahannya banyak dijumpai di Bojonegoro. Saat peringatan Hari Jadi Kota Bojonegoro, dia kerap mendapat order membuat topeng dari kayu.
Berawal dari keahlian membuat topeng inilah, dia lalu dipercaya pelanggannya membuat topeng khusus untuk reog. ''Kira-kita tujuh tahun lalu, saya selalu belajar membuat topeng reog dan hasilnya lumayan. Bahkan hingga saat ini order topeng reog Ponorogo dari luar kota terus mengalir," ujar ayah dari Renanti Oktavia Putri ini.
Bagi Pujianto, metode pembuatan topeng reog tidak jauh berbeda dengan membuat topeng kayu Bojonegoro. Namun, pembuatan topeng reog lebih rumit dan butuh ketelatenan.
Dari keahliannya membuat topeng untuk reog, Pujianto mampu menghidupi keluarganya hingga saat ini. Satu paket pembuatan alat reog lengkap yang penyelesaiannya membutuhkan waktu sekitar sebulan, dijual dengan harga sekitar Rp 10 juta. Sedangkan untuk satu topeng reog dijual sekitar Rp 450 ribu.
Untuk mendapatkan bahan peralatan reog, Pujianto tak perlu pergi jauh-jauh. Di Bojonegoro dia bisa membeli lulang (kulit) kambing, bulu hewan ternak, maupun kayu.
Pujianto mengaku keluarganya tidak ada yang berprofesi sebagai perajin kesenian sebelumnya. Keahlian itu didapat karena dia belajar seni memahat dan membuat topeng sejak SD. Untuk merampungkan topeng reog, dia hanya dibantu teman sekampungnya Arifin. ''Saya juga tidak tahu, kenapa tiba-tiba ada pelanggan dari kota di Jateng," ujarnya.
SUmber : Jawa Pos, 7 mei 2010
Topeng itu merupakan pesanan orang untuk mendukung penampilan grup reog Ponorogo. Sejak tujuh tahun terakhir, lelaki jebolan tingkat Sekolah Dasar (SD) ini mejmang kerap mendapat orderan membuat alat kesenian untuk reog Ponorogo. ''Saat ini ordernya kebanyakan dari luar kota," ceritanya.
Dia kini memiliki pelanggan yang suka memesan alat-alat kesenian reog Ponorogo. Mereka berasal dari Lasem, Rembang, dan Pati, Jawa Tengah. ''Kalau orang Bojonegoro, kebanyakan pesan topeng biasa," ujar pria yang biasa dipanggil Penceng itu.
Pujianto awalnya hanyalah seorang perajin biasa. Dia senang memahat dan membuat topeng dari kayu jati yang memang bahannya banyak dijumpai di Bojonegoro. Saat peringatan Hari Jadi Kota Bojonegoro, dia kerap mendapat order membuat topeng dari kayu.
Berawal dari keahlian membuat topeng inilah, dia lalu dipercaya pelanggannya membuat topeng khusus untuk reog. ''Kira-kita tujuh tahun lalu, saya selalu belajar membuat topeng reog dan hasilnya lumayan. Bahkan hingga saat ini order topeng reog Ponorogo dari luar kota terus mengalir," ujar ayah dari Renanti Oktavia Putri ini.
Bagi Pujianto, metode pembuatan topeng reog tidak jauh berbeda dengan membuat topeng kayu Bojonegoro. Namun, pembuatan topeng reog lebih rumit dan butuh ketelatenan.
Dari keahliannya membuat topeng untuk reog, Pujianto mampu menghidupi keluarganya hingga saat ini. Satu paket pembuatan alat reog lengkap yang penyelesaiannya membutuhkan waktu sekitar sebulan, dijual dengan harga sekitar Rp 10 juta. Sedangkan untuk satu topeng reog dijual sekitar Rp 450 ribu.
Untuk mendapatkan bahan peralatan reog, Pujianto tak perlu pergi jauh-jauh. Di Bojonegoro dia bisa membeli lulang (kulit) kambing, bulu hewan ternak, maupun kayu.
Pujianto mengaku keluarganya tidak ada yang berprofesi sebagai perajin kesenian sebelumnya. Keahlian itu didapat karena dia belajar seni memahat dan membuat topeng sejak SD. Untuk merampungkan topeng reog, dia hanya dibantu teman sekampungnya Arifin. ''Saya juga tidak tahu, kenapa tiba-tiba ada pelanggan dari kota di Jateng," ujarnya.
SUmber : Jawa Pos, 7 mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....