• Kesenian Reog dalam Pertunjukan Obyogan dan Festival


    Empat belas tahun silam, tahun 1994, kota kecil di pojon barat laut Jawa Timur, kota Ponorogo, ada sebuah terobosan penting dalam bidang pengembangan Kesenian aslinya - REOG. terobosan yang cukup spektakuler, kala itu, karena Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo mampu dan berani mengangkat kesenian Reog dalam ajang Festival dari tingkat lokal menjadi tingkat Nasional. " Festival Reog Nasional ke ... Dalam Rangka Grebeg Suro Tahun.... dan Hari Jadi Kota Ponorogo ke... " itulah kira - kira bunyi banyak sepanduk yang terpampang di berbagai sudut kabupaten Ponorogo. Festival Reog Nasional pertama kali dilaksanakan (1994), diprakarsai oleh Pemda Kab. Ponorogo, yang waktu itu Bupati di jabat oleh Dr. H. Markum Singodimedjo, MM. Festival tersebut diadakan dengan maksud antara lain, untuk mengembangkan kesenian reog agar lebih kreatif dan inovatif, mengangkat kesenian reog menjadi salah satu tujuan utama wisata Ponorogo dan yang terpenting adalah mengokohkan kesenian Reog menjadi IKON kota Ponorogo. Sehingga tidak ayal apabila kata REOG menjadi slogan pembangunan kab. Ponorogo, yang berarti Resik, Endah, Omber, Girang - gumirang. Festival Reog Nasional tersebut semakin semarak dan menjadi pusat perhatian karena sudah menjadi agenda tahunan Pemerintah Daerah Ponorogo.

    Seperti biasa dan sudah menjadi tradisi masyarakat ponorogo, bahwa Festival Reog dilaksanakn di Aloon - aloon Porogo, sehingga diharapkan seluruh masyarakat dari berbagi penjuru dapat menyaksikan pertunjukkan akbar tersebut. Sebenarnya Festival Reog ini sudah lama dihelat diPonorogo, hanya saja masih bertaraf lokal. Jadi tiap kecamatan mengirim delegasi satu group untuk tampil sebagai perwakilan dalam Festival Reog. Baru tahun 1994, Festival Reog dilaksanakn dengan lingkup lebih luas yaitu Festival Reog Nasional. Pada Festival Reog Nasional I, peserta yang ikut selain dari Ponorogo juga ada yang dari kota lain, seperti Jakarta, Wonogiri, Surabaya, Balikpapan. Dan ini terus berkembang dari tahun ke tahun, bahkan pernah dalam suatu FRN ada delegasi dari negara Suriname.

    Dari perjalanan FRN I sampai Festival Reog Nasional tahun 2008, banyak hal yang dipetik, utamanya dalam pertunjukan Kesenian Reog Nasional dilihat dari estetika seni, dan semakin banyaknya ragam gerak yang dapat dikembangkan. Ragam gerak yang kreatif dan inovatif. Para kreator seni, terus mengeksplor ragam gerak dari berbagai macam ragam gerak tari di nusantara atau bangsa lain. Hasil dari kreasi seni ini sangat membantu dalam pengembangan kesenian Reog sehingga menjadi suatu pertunjukan yang Spektakuler dan menjadi tujuan wisata setiap tahunnya.

    Pertunjukan Kesenian Reog di Ajang Festival dan Obyogan
    Dalam pertunjukan di Ajang Festival, pertunjukan Reog kelihatan rapi, rampak dan meriah. Pemain begitu semangat memperagakan tari yang telah digarapnya, mulai tari warok, tari jathilan, tari bujang ganong, tari kelana sewandana dan tari dhadhak merak. Ragam gerak tari sangat variatif dan kreatif, sehingga banyak penonton yang terkesima. Gerak tari dari masing - masing penari nampak rampak dan rapi, hampir - hampir para pemain menjaga dan berusaha agar gerak tari yang diperagakan tidak salah. Komposisi gamelan Reog yang khas, Pelog Slendro, juga sangat variatif. Mulai dari awal sampai akhir pertunjukan banyak atraksi dan variasi gamelan yang diperagakan oleh para "penggamel", yang terkadang dilupakan oleh suatu pertunjukan.

    Komponen utama dalam pertunjukan adalah pemain (peraga tari) dan penonton. Dalam pertunjukan di panggung Festival, pemain dengan asyik menari dan memperagakan tarian yang diramu oleh pelatihnya (koreografer), di sisi lain penonton dalam posisi duduk manis di depan panggung sambil memperhatikan jalannya pertunjukan dari awal sampai akhir. Apabila kita lihat sepintas, pertunjukan itu sangat meriah dan mengesankan, tetapi perlu kita catat bahwa keterpaduan (interaksi) antara pemain dan penonton seakan tidak ada, yang ada hanya pemain dengan asyiknya menari dan penonton dengan asyiknya melihat tanpa ada "jual beli" komunikasi rasa.

    Berbeda dengan pertunjukan kesenian reog di kampung - kampung, pentas hajatan dsb, yang biasa disebut "Reog Obyogan". Pertunjukan kesenian reog obyogan terkesan "semrawut", kacau, kumal, tariannya lepas dan bebas, mana penonton dan pemain terkadang sulit dibedakan. Hal ini disebabkan karena yang bisa menjadi pemain bukan hanya group yang pentas saja, melainkan penontonpun diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pertunjukan tersebut. Dalam suasana yang terkesan semrawut itu, sebenarnya terjadi interaksi rasa yang optimal antara pemain dan penonton, sehingga kesan dalam rasa pemain dan penonton setelah pertunjukan terasa lega dan puas.

    Dari paparan di atas dapatlah kiranya digaris bawahi bahwa suatu pertunjukan yang sukses dan memuaskan semua pihak, baik penonton maupun pemain adalah, adanya interaksi aktif antara pemain dan penonton, pola gerak tidak terikat dalam suatu tatanan yang terlihat apik dan rampak, tidak dalam suasana formal. (Brudin)

    Agar lebih jelas dan mendalam, sebaiknya pembaca melihat dan terlibat dalam kesenian Reog, sehingga perasaan yang paling dalam untuk menikmati "Wiraga", "Wirama", Wirasa" dengan puas.



  • You might also like

    1 komentar:

    1. Sampeyan dah lama main reogan to.... jd bisa dong berbagi cerita. aku cuma lihat via vcd aja, aku pengen melihat langsung danklo perlu ikut terlibat.
      bisa dihubungkan dengan grup reog?

      BalasHapus

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA