• WAJAH ASING DIBALIK TOPENG REOG PONOROGO

    Ketika Lagu Rasa Sayange di klaim Malaysia, warga bangsa ini berteriak tidak menerima hal itu, ketika reog yang memang asli ponorogo juga diakui Malaysia, bukan hanya warga ponorogo saja yang memprotes, tetapi ketika tidak ada klaim apapun tentang semua itu, baik lagu rasa sayange maupun reog ponorogo menjadi barang langka yang jarang dipertontonkan lagi.

    Sudah dapat dipastikan baik lagu rasa sayange maupun reog ponorogo itu asli Indonesia, dari masanya Malaysia masih meng-import guru terbaik dari Indonesia, belum pernah kita dengan Malaysia punya lagu dan kesenian tersebut.

    Beberapa hari silam, penulis menerima email dari seorang teman sebut saja bung koming, dia mengeluhkan beberapa hal yang saat ini mengemuka. Ada kesimpulan menarik yang dia sampaikan, bahwa bangsa tengah kehilangan kepercayaan diri atau krisis percaya diri !

    Kebesaran bangsa Indonesia, selain dari sisi kewilayahan, sumber daya alam dan sumber daya manusianya ternyata belum sebanding dengan kepercayaan dirinya untuk bersikap dan berperilaku sebagai sebuah bangsa yang besar.

    Ukuran sebuah bangsa dikatakan sebagai bangsa yang besar memang tidak semata-mata dari besarnya wilayah ataupun besarnya jumlah penduduk, tetapi paling tidak kedua parameter tersebut dapat menjadikan modal dasar yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia ini. Sayangnya, modal dasar tersebut pada kenyataannya belum mampu mendorong untuk menjadikan bangsa ini memiliki kepercayaan diri.

    Diakui bahwa rasa percaya diri tidaklah mungkin dapat muncul begitu saja, melainkan melalui sebuah proses pendewasan yang relatif panjang. Percaya diri hanya dapat ditumbuhkan melalui sebuah kebesaran jiwa untuk tetap komit pada rasa memiliki.

    Bangsa Indonesia memiliki semuanya, darat dan lautnya, sumber daya alam yang terkandung didalamnya, keragaman budayanya serta kemajemukan suku bangsanya. Akan tetapi, ketika kesemua itu tidak dibarengi dengan lekatnya rasa memiliki, maka kekayaan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa tersebut menjadi kecil artinya.

    Melalui kekuatan rasa memiliki mendorong seseorang untuk mau dan mampu berbuat positif bagi kepentingan dirinya, sehingga membangkitkan rasa kepercayaan diri untuk tidak tergantung dengan siapapun, sementara tidak adanya rasa memiliki membuat seseorang akan mudah bergantung kepada pihak lain, akibat dari perasaan ketidakmampuan atau minder.

    Dalam sebuah acara silaturahmi dengan para Anggota Muspida dan Tokoh Masyarakat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat di Kota Makassar, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta seluruh komponen masyarakat agar meningkatkan rasa percaya diri untuk membangun demi kemajuan bangsa dan negara.

    “Selama 30 tahun kelemahan bangsa ini adalah tak punya rasa percaya diri, hanya percaya kepada orang lain (negara lain,red). Kita harus punya rasa percaya diri, kemampuan untuk katakan kita mampu dan kita bisa,” kata Wapres

    Wapres juga berkomentar keras tantang pembangunan Bandara Hasanuddin yang saat ini sepenuhnya dikerjakan oleh kekuatan dalam negeri dan hanya menghabiskan dana Rp1,5 triliun.

    “Dulu begitu mahalnya, kita hanya dibodohi oleh asing. Sebenarnya kita semua bisa,” kata Wapres. (Antara, 15/10/07)

    Jusuf Kalla mungkin saja benar, permasalahan air tanah di Kota Batam misalnya, masih harus melibatkan pihak asing untuk mengurusnya. Belum lagi soal telekomunikasi, bukan menjadi rahasia umum telah dimiliki oleh pihak-pihak asing. Eksplorasi emas hitam atau kekayaan minyak kita yang sudah diserahkan kepada orang bule, justrus menjadikan bangsa ini tertatih-tatih untuk selamanya melakukan subsidi.

    Siswono Yudo Husodo dalam sebuah diskusi panel yang bertajuk “Membangkitkan Kembali Rasa Kebangsaan dan Nasionalisme Bangsa Indonesia” di Aula Universitas Nurtanio Bandung beberapa waktu lalu menegaskan bahwa bangsa Indonesia kurang percaya diri. Kenyataan itu terlihat dari banyaknya kekayaan alam Indonesia yang dikuasai pihak asing.

    “Bangsa Indonesia terkesan tidak memiliki kemauan untuk mengolah kekayaan alamnya oleh tangan sendiri. Kekayaan alam yang bisa menjadi sumber devisa, justru diserahkan kepada pihak asing. Sumber minyak yang melimpah di Cepu misalnya, diolah perusahaan asing, Exxon. Selain itu, penambangan tembaga di Papua, dijual kepada perusahaan asing Freeport,” kata Siswono

    Menurut mantan Menteri Perumahan Rakyat pada era pemerintahan Orde Baru itu, kenyataan berbeda terlihat saat ia berkunjung ke India, baru-baru ini.

    Disebutkannya, bangsa India terlihat sangat percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya. Mereka, katanya, begitu bangga saat memakai produksi negaranya, seperti mobil, traktor hingga pesawat terbang.

    “Paham swadeshi yang digagas Mahatma Gandhi, begitu merasuk pada kebiasaan bangsa India. Orang India misalnya lebih bangga memakai mobil produksi India daripada produksi luar negeri. Begitu pula dengan traktor, kendati teknologi yang digunakan tidak terlalu modern, namun mereka sangat percaya diri untuk memakai produksi bangsanya,” ujar Siswono seraya mengatakan, kondisi sebaliknya terjadi di Indonesia. Meskipun berbagai merek mobil banyak dipakai bangsa ini, semuanya berasal dari luar negeri. (Galamedia, 28/11/07)

    Penulis juga melihat ada hal yang lebih memprihatinkan lagi bahwa Negara ini adalah Negara kepulauan dengan wilayah laut hampir 75 persenya ditambah lagi nenek moyang bangsa ini memang pelaut ! Tetapi hingga hari ini, belum terlihat adanya upaya serius dalam memberdayakan potensi kelautan ataupun kekuatan maritim.

    Kapal-kapal Angkatan Laut kita masih tergolong sangat minim dan belum dilengkapi dengan teknologi yang super modern. Ini tentu jauh berbeda dengan jiran kita yang nota bene memiliki wilayah laut relatif minim tetapi armada lautnya super canggih.

    Kemauan dan kemampuan mungkin saja perlu ditumbuhkembangkan melalui penanaman rasa memiliki untuk dapat tampil percaya diri tanpa harus bergantung dengan kekuatan-kekuatan pihak asing.

    Dalam menyikapi hal ini, ada baiknya kalau kita sama-sama sepakat untuk tidak mencari siapa yang salah ataupun siapa yang benar, tetapi lebih pada bersama-sama memulai bercermin diri sambil mengamati dalam-dalam kepada wajah kita masing-masing.

    Ketika terlihat jerawat diwajah, kita akan mengatakan bahwa ini terjadi karena kita tidak tidak pernah mau perduli merawat wajah kita sendiri bukan karena ulah orang lain.

    Dan pada gilirannya kita juga sepakat ketika dibalik topeng pemain reog ponorogo ternyata terdapat wajah-wajah orang asing, maka kini saatnya bersama-sama memulai memainkanya kembali agar wajah-wajah dibalik topengnya tidak asing lagi bagi kita

    Oleh : Eddy Prasetyo
    Sekretaris PW GP Ansor Propinsi Kepri
    www.gp-ansor.org, 18 des 2007
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA