• Mengembangkan Reog

    Kesenian reog dari hari ke hari terus mengalami perkembangan, berbagai grup kesenian reog terbentuk di Solo raya. Untuk itu, perkembangan kelompok-kelompok harus tetap terpantau. Hal tersebut dilakukan agar jangan sampai keluar dari pakem yang telah digunakan para leluhur. Bagaimana caranya, berikut ini petikan wawancara Reporter Joglosemar, Bonus Wibowo Bramhartyo dengan sesepuh Kesenian Reog Se-Kota Solo, Mas Rochin.

    Bagaimana perkembangan kesenian reog di Kota Solo, mengingat seni reog sendiri merupakan warisan budaya Nusantara yang perlu dilestarikan?

    Perkembangan kesenian reog saat ini cukup pesat. Bisa dihitung sekarang, hampir lebih dari 10 grup reog tersebar di setiap sudut Kota Solo. Ini patut kita banggakan. Ini merupakan warisan Nusantara yang wajib kita jaga dan lestarikan sampai kapan pun.

    Kesenian reog identik dengan aura-aura mistis yang serba tidak masuk akal. Bagaimana respons menanggapi pertanyaan dan solusi ke depannya?

    Memang dahulu dapat dibenarkan jika kesenian reog sering disangkutpautkan dengan fenomena mistis. Dulunya sejarah mengajak kita untuk berpikir bahwa reog merupakan sebuah hiburan, sekaligus simbol kekuatan organisasi tertentu. Kini, harapan saya, reog benar-benar pure hanya sebagai sajian hiburan dengan menampilkan tarian dengan aturan-aturan tertentu yang gunakan.

    Bisa dijelaskan pakem kesenian reog yang ada di Solo dan jika ada grup mengubah kaidah dasar akibat tertentu?

    Akibat tersebut tidak akan datang secara langsung. Mengenai pakem bisa saya jelaskan, reog masuk ke Kota Solo sekitar tahun 1960 dengan membawa kiblat pakem dengan dua jenis versi, yaitu versi Ponorogo dan Magetan. Yang perlu kita lakukan untuk saat sekarang ini adalah, memberikan variasi tertentu dalam tariannya agar lebih menarik dan bisa dibilang modern. Jangan sampai keluar dari aturan dasar tersebut, hal itu justru bisa merusak kesakralan dan daya tarik kesenian reog.

    Untuk wilayah eks-karesidenan Solo, ada berapa kelompok Reog? Hal-hal seperti apa yang bisa merusak kesenian reog?

    Sepengetahuan saya grup-grup yang ada di antaranya, Gembong Bawono dari Karangpandan, Singa Manggolo dari Ngemplak Solo, Singa Sura Bhakti dari Pucang Sawit, Singo Maruta dari Cemani, Singa Yudha dari Sumber serta grup Singa Roda berasal dari Kosti Solo. Hal-hal yang merusak, seperti pertunjukkan memakan hewan yang masih hidup, dan sejenisnya, itulah yang membuat harga diri reog kandas ditengah jalan

    Sumber : http://harianjoglosemar.com, 6 januari 2010
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA