• Betoro Katong Gunakan Reog sebagai Media Sebarkan Islam

    Di Desa Sentono Kecematan Jenangan sekitar 15 menit arah timur dari Alun-Alun Ponorogo terdapat makam salah satu tokoh yang berjasa dalam penyebaran Agama Islam di Ponorogo.

    Menurut Sunardi (56) juru kunci yang telah mengabdi sejak tahun 1987 ini bahwa makam Betoro Katong ini ramai dikunjungi peziarah pada bulan Suro atau menjelang puasa dengan berbagi tujuan mulai berdoa, berzikir dan sebagainya.
    Bapak 2 anak ini juga menjelaskan bahwa dulu ketika jaman Raja Majapahit Brawijaya ke 5, mempunyai 2 putera dari istri yang berasal Bagenden Purworejo Jawa tengah yaitu Lembu Kanigoro (Betoro Katong) dan Lembu Kenongo (Jaran Panoleh yang berada di Pamekasan Madura). Sewaktu Majapahit surut kekuasaannya kedua anak tersebut diboyong ke Demak oleh kakaknya, yaitu Raden Patah (Anak Brawijaya dari istri yang lain)
    Masih menurutnya, kedua putra Majapahit tersebut belajar agama Islam dari Raden Patah dan tokoh agam saat itu (Wali songo), setelah dewasa dan menguasai ilmu agama dan kanuragan yang sangat baik, Lembu Kanigoro diutus sang kakak (Raden Patah) untuk menyebarkan agam Islam di timur Gunung Lawu sampai barat Gunung Wilis termasuk Wengker (nama lama Ponorogo)
    Tetapi saat di daerah Wengker oleh Ki Ketut Surya Alam atau Ki Ageng Kutu, bupati Wengker saat itu yang juga masih kerabat Majapahit disambut dengan kurang baik sehingga terjadilah peperangan yang dasyat, dimana saat itu Lembu Kanigoro membawa 40 santrinya dari Demak. Dalam peperangan itu Ki Ketut Surya Alam berhasil dikalahkan, sehingga Lembu Kanigoro menguasai Wengker dan mengganti Wengker dengan Ponorogo.
    “Kejadian tersebut sekitar tahun 1418 tahun Saka atau 1496 Masehi, berdasarkan Prasasti Condro Sengkolo Memet yang terdapat ukiran Orang Bertapa, Udang, Burung Garuda dan Gajah,” terang Sunardi
    Disinggung soal kesenian Reog, Sunardi kembali menjelaskan bahwa Reog sudah ada jauh sebelum Betoro Katong berkuasa, dan oleh Betoro katong Reog dijadikan media untuk menyebarkan agama Islam,” Orang Ponorogo jika mendengar gending Reog maka akan berduyun-duyun mendatanginya, sehingga sangat baik guna menyebarkan agama Islam,” lanjutnya
    Dalam sejarah belum ditemukan secara pasti berapa lama Betoro Katong berkuasa di Ponorogo, untuk saat ini masih ada keturunan yang ke 12 atau ke 13 yang tersebar diwiliyah Ponorogo dan daerah lain.
    Ditanya soal pusaka peninggalan Betoro Katong yang saat ini selalu menjadi agenda kirap pusaka dalam acara Suroan diponorogo, Juru kunci yang juga wiraswasta ini menegasakan bahwa pusaka yang dikirap tersebut yang terdiri dari Payung Tunggul Nogo, Tumbak Tunggul Wulung dan Cinde Puspito.
    Sedangkan kepindahan Masjid Betoro Katong dari area pemakaman keselatan pemakaman sekitar tahun 1808 kembali Sunardi menerangkan bahwa pernah terjadi kebakaran masjid akibat sambaran petir kemudian dipindah oleh Muhammad Muso yang masih keturunan Betoro Katong.
    Rehabilitasi lokasi makam pernah dilakukan pada tahun 1977 oleh Sumadi bupati saat itu, kemudian di perbaiki pada tahun 1982 oleh pihak purbakala jawa Timur dan pada tahun 1985 oleh bupati Subarkah.
    Dengan adanya tempat bersejarah ini diharapkan peranan pemerintah agar lebih memperhatikan dalam pelestarian sejarah dan budaya agar generasi selanjutnya dapat melihat sejarah tokoh pendiri Ponorogo.

    Ponorogo-HARIAN BANGSA, 2 nop 2009
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA