• Singo Giri, Juara Lomba Reog Nasional

    BULAN Sura Tahun Be 1936 ini memberikan arti istimewa bagi Wonogiri, karena grup reog Singo Giri pimpinan Warok Sriwiyoso SH MM meraih juara pertama lomba tingkat nasional yang digelar bersamaan tradisi garebek Sura di Kabupaten Ponorogo.

    Kemenangannya dinilai sebagai prestasi prestisius. Mengingat untuk maju lomba ke tingkat nasional mutlak diperlukan persiapan matang dan dukungan materi dana yang cukup. Terlebih lagi kedatangan Singo Giri ke Ponorogo ibarat bagai perjalanan masuk ke kandang macan.

    Betapa tidak? Kabupaten Ponorogo sejak dulu dikenal sebagai daerah asal muasalnya kesenian reog yang didalamnya tidak saja kaya memiliki potensi seniman reog, tapi secara kualitas juga banyak mempunyai warok-warok andalan.

    Selain itu juga memiliki grup-grup tangguh yang sangat mahir memainkan kesenian reog. Maklum, memang reog telah menjadi bagian hidup keseharian bagi arek Ponorogo.

    Disisi lain keberanian Wonogiri tampil di arena lomba di Alun-alun Ponorogo tidak lupa serta membekali doa mantera panyuwunan secara gaib, dengan meminta restu khusus pada KPH Candra Kusuma Kusumadiningrat H Begug Poernomosidi SH, yang dikenal sebagai pemimpin warok reog nasional Indonesia.

    Maklum, ini dilakukan demi menghindarkan paeka (gangguan gaib buatan di luar logika) yang acapkali dapat muncul secara mendadak di arena panggung lomba. Misalnya tiba-tiba datang angin kencang atau hujan deras, yang mengganggu penampilan peserta lomba.

    ''Tahun lalu Wonogiri juara harapan satu. Karenanya, keiikutsertaan tahun ini lebih bertekad meningkatkan peringkat kejuaraan. Kalau akhirnya menjadi juara pertama, ini sesuatu yang membanggakan,'' kata Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Seni Budaya (DPPSB) RMT Hendro Purbandoro SH MM.

    45 Orang

    Menurut Kasub Dinas Pariwisata Seni Budaya, Sentot Sujarwoko SH, kontingen Singo Giri berjumlah 45 orang. Terdiri atas 10 seniman warok, dua pemeran empu warok, delapan penari jatil (kuda lumping), dua penari ganong yang mahir membawakan tarian akrobatik oleh duet Wisnu dan Anggono.

    Kemudian dua pembarong dadak merak (Darno dan Andi), serta menampilkan satu figur tokoh sentral pemeran Prabu Klonosewandono yang dibawakan Agung. Selebihnya merupakan seniman pengrawit sebagai pengiringnya.

    Kriteria penilaian, didasarkan pada aspek wiraga (pisik tarian) yang meliputi unsur lincah, terampil, trengginas, gagah, mantap, akrobatik dan gecul (jenaka). Aspek wirasa (nilai keindahan) yang menyangkut kemampuan penggambaran karakteristik tokoh dengan segala aspek estetikanya, wirama (iringan gamelan) dan harmoni (keselarasan).

    Juara pertama Singo Giri menerima trofi bergilir dan piala tetap serta bonus uang pembinaan Rp 4,5 juta. Hasil juara selengkapnya: I.Singo Giri (Wonogiri), II.Singo Joyo Angkasa (Surabaya), III.Singo Yudo (Tanjung Jabung Jambi), IV.Wijayakusuma (Kuala Tungkal Jambi) dan V.Sardulo Rumekso (Reog Mahasiswa Jember).

    Suara Merdeka, 24 Maret 2003
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA