• Atraksi Barongsai dan Reog di Atap Rumah Henry Yuwono

    SURABAYA - Menyambut tahun baru Imlek hari ini, aksi barongsai banyak dipertunjukkan di mana-mana. Namun, yang berlangsung di kediaman Henry Yuwono di Bukit Golf, Citraland, kemarin siang (13/2) berbeda. Tidak hanya memadukan barongsai dengan reog, pemilihan lokasinya juga tidak lazim. Dua kesenian tersebut disatukan di atas atap rumah Henry setinggi sekitar 12 meter.

    Aksi tersebut dibuka dengan penampilan reog dari grup Cipto Margo Utomo dari Tanah Merah, Ponorogo. Selama 30 menit penari sampai dadak merak beraksi di jalanan depan rumah wakil ketua Sedulur Surabaya itu. Aksi yang tidak biasa tersebut langsung menyita perhatian warga yang kebetulan melintas di jalan sekitar rumah Henry. Mereka menepi dan bergabung dengan penonton yang berdatangan dari daerah Lakarsantri dan sekitarnya.

    Tidak lama kemudian, empat kilin, singa kecil barongsai kelompok Naga Saksi dari Jombang, warna merah, oranye, kuning, dan merah muda ikut bergabung di jalanan. Mereka membentuk formasi bujur sangkar. Setelah sedikit aksi seperti menghormat dan melompat, mereka naik ke panggung yang sudah disiapkan. Ada dua lapis panggung berketinggian 7 meter dan 10 meter. Puncaknya adalah atap rumah Henry setinggi 12 meter.

    Di panggung tersebut mereka berlompatan selama beberapa saat. Kemudian, kilin merah berdiri dan membuka gulungan kertas betulisan Gong Xi Fa Cai. Tidak lama kemudian, liang-liong (naga panjang dalam barongsai), dadak merak, dan beberapa penari kuda lumping ikut naik ke atap. Bersama-sama mereka beraksi naik turun dari panggung satu, dua, lalu ke atap rumah yang menjadi panggung ketiga.

    Keberanian para pemain barongsai dan reog tersebut membuat beberapa penonton sempat terpekik. ''Itu gentingnya ndak rusak tah, dibuat lompat-lompat,'' celetuk Fatimah, warga Lakarsantri.

    Perempuan 35 tahun tersebut membawa lima anak kecil bersamanya. ''Tetangga yang kasih tahu. Anak sama keponakan pingin lihat,'' ungkapnya.

    Ketua Sedulur Surabaya Bambang Sulistyo yang menyelenggarakan acara itu menyatakan, untuk menyambut Imlek, pihaknya sengaja menghadirkan hiburan bagi masyarakat sekitar. Kediaman Henry Yuwono dipilih karena luasnya memadai untuk pertunjukan itu. ''Ini aksi spontan. Cuma butuh dua minggu perencanaan,'' katanya lantas tertawa.

    Dia sengaja menggabungkan reog dan barongsai karena ingin menunjukkan persatuan masyarakat. Selain menyambut Imlek dan menghibur masyarakat, aksi tersebut dilangsungkan untuk mengenang Gus Dur, presiden keempat RI yang wafat 30 Desember 2009. Bagi masyarakat Tionghoa, Gus Dur sangat dihormati. Sebab, sejak kepemimpinannya sepuluh tahun silam, mereka bisa merayakan Imlek secara besar-besaran dan tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Termasuk, menyelenggarakan pertunjukan kesenian Tionghoa seperti barongsai dan liang-liong.

    Soal pemilihan lokasi yang di atas atap, Bambang menyatakan hal itu ditujukan untuk menunjukkan bahwa masyarakat harus menjunjung tinggi kebudayaan. Selain itu, aksi tersebut terinspirasi pertunjukan barongsai di atap Forbidden City (Kota Terlarang) di Tiongkok. ''Rasanya, di Indonesia baru kali pertama ini pertunjukan barongsai di atap,'' ungkap Henry.

    Jawa Pos, 14 Feb 2010
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA