Satui, Upaya pelestarian seni budaya daerah dengan biaya swadaya diperlihatkan oleh salah seorang pencinta dan pemerhati seni, Bambang Sucipto. Hal itu dibuktikannya dengan mendirikan kelompok seni Reog Ponorogo di Kecamatan Satui. Basu Karna, demikian ia biasa disebut, harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Total biaya untuk satu set peralatan kelengkapan reog yang diberi nama "Nogo Wulung Cinde Puspito" ini berkisar Rp 100 juta rupiah. Peralatan tersebut terdiri dari satu set gamelan dengan dua belas angklung, enam buah Dadak Merak, empat buah Bujang Ganong, satu buah Klono Swandono dan enam buah Jatilan. Hingga saat ini, Nogo Wulung Cinde Puspito yang baru berumur kurang dari satu bulan ini adalah kelompok seni Reog pertama dan satu-satunya yang ada di Kecamatan Satui. Setelah Kelompok seni reog "Nogo Wulung Cinde Puspito" berdiri, mereka masih harus bekerja keras melakukan pembinaan berupa pelatihan. Sebagai bentuk pelestarian budaya, pembianaan berupa pelatihan bukan hanya diberikan kepada pemain atau anggota paguyuban saja, tetapi terbuka untuk semua anak-anak pelajar yang berminat terhadap kesenian ini.
Kesenian Reog yang sempat diklaim oleh Malaysia sebagai kesenian budaya mereka ini, mempertontonkan hiburan berupa tarian dan atraksi lainnya. Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 orang.
www.fksb.web.id, 15 Mei 2011
www.fksb.web.id, 15 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....