• Wayang Yes, Kolaborasi Wayang Tengul Bojonegoro-Reog

    Dalang Dapat Pesanan Wayang, Pentas Perdana di Ponorogo

    Banyak cara untuk terus mempertahankan kesenian daerah. Wayang tengul yang semakin pudar di mata masyarakat Bojonegoro, kini coba dikolaborasikan dengan tokoh pewayangan reog Ponorogo. Perpaduan kesenian yang dinamai wayang Yes itu rencananya ditampilkan di Ponorogo, April mendatang.

    Khorij, Bojonegoro

    Wayang tengul terbuat dari kayu berbentuk tiga dimensi (golek/boneka). Bentuk wayang ini dulunya gepeng dan wajahnya seperti patung. Wayang tersebut mengalami peremajaan dengan mengubah bentuk dan wajahnya. Sehingga, wajah wayang lebih hidup.

    Untuk mementaskan wayang ini tidak berbeda jauh dengan pertunjukkan wayang kulit. Iringan gamelan khas Jawa dan suara waranggana (sinden) dapat dijumpai dalam pementasan wayang tengul.

    Usaha melestarikan wayang tengul terus dilakukan sejumlah dalang di Bojonegoro. Berbagai promosi dilakukan agar wayang ini tak tergerus zaman. Seperti yang dilakukan dalang Santoso. Dia memamerkan keahliannya memainkan wayang itu dalam Kemah Budaya di Wisata Dander, Oktober lalu.

    Dari pentas itu, seniman Ponorogo yang melihat acara kemah budaya tersebut tertarik. ''Melalui perbincangan, akhirnya kita sepakat untuk mengolaborasi menjadi wayang baru," kata Santoso saat ditemui di rumahnya di Desa Kalangan, Kecamatan Padangan.

    Selain menjadi dalang, Santoso merupakan perajin wayang tengul. Menurut dia, wayang Yes merupkan kesenian yang menyerupai wayang tengul di Bojonegoro. Kolaborasi yang diusung, bentuk wayang tetap terbuat dari kayu seperti golek. Sementara tokoh yang dimainkan berasal dari pewayangan reog Ponorogo. Ide cerita pun berasal dari kesenian Ponorogo tersebut.

    ''Jadi wayang golek dengan wajah seperti Warok, Suromenggolo, atau pun Jathil," katanya.

    Wayang Yes diambil dari kepanjangan nYengkuyung Endaheng Seni (memerankan wayang yang indah). Kolaborasi wayang Yes ini dibentuk tiga seniman asal Bojonegoro. Selain Santoso, ada nama Jayus Pete, dan Khuzaeni. Sementara dari Ponorogo ada sepuluh seniman. Mereka adalah Margo Lelono Wijoyo Kusumo, Kang Arimkamandaka, Ki Joko Bilowo, Joko Bodho, Sasongko, Mega, Titis, Yanuar, Wahidin, dan Purnomo.

    Rencananya wayang Yes akan dimainkan perdana di Ponorogo, April mendatang. Santoso saat ini sedang merampungkan pembuatan wayang tengul dengan wajah tokoh reog Ponorogo. ''April semua tokoh wayangnya harus jadi," katanya saat ditemui sembari membuat wayang tengul di rumahnya.

    Santoso membutuhkan waktu satu hari untuk pembuatan satu tokoh wayang tengul. Selain mendapat tugas merampungkan pembuatan wayang, dia bersama Djayus Pete juga memberikan pengarahan dalam memainkan pewayangan.

    Menurut Santoso, wayang tengul sebenarnya sudah mendapat penghargaan dari pemerintah pusat. Dia pernah menjadi wakil Bojonegoro pada 1989 untuk memerankan wayang tengul di Monas Jakarta. Saat itu, dia mendapat undangan dari mantan Presiden Soeharto.

    Santoso mengaku senang wayang tengul dihargai di Ponorogo. Sebab, kesenian itu di Bojonegoro mulai pudar.

    Radar Bojonegoro, 26 Jan 2010
  • You might also like

    1 komentar:

    Mari kita rembug bersama, agar kesenian reog lebih berkwalitas dan berkembang, tetapi jika ngobrol tanpa ada ACTION sama halnya BO'ONG, maka setelah kita ngbrol sambil NGOPI kita TATA gamelan dan langsung kita REOGAN.....

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini



Free Widgets
Free Counter

Networked Blogs

Visitors

Picture of Reog dance

Facebook

Profil Facebook Bahrudin Khoiri

NeoCounter

Follow me

Max Dien - Find me on Bloggers.com

KELANA